Friday, September 01, 2006

POST POWER SYNDROME

Kisah cerita, kemarin saya mendengar cerita teman. Ada seorang pejabat di salah satu instansi pemerintah yang sudah waktunya pensiun, tapi tetap pingin mempertahankan jabatannya. Ia minta jabatannya diperpanjang dan beruntungnya, Ia diberi perpanjangan meski untuk beberapa bulan atau beberapa tahun kedepan.

Kasihan sekali saya mendengarnya. Ia benar-benar tidak rela jabatannya lepas.

Kalau dilihat dari kekayaan materi, Sudah pasti ia berkecukupan dan diatas rata-rata rakyat negeri ini. Tapi kalau dilihat dari hakikat kekayaan, kasihan ... ia masih miskin. Ia masih berharap pemberian dari negara. Ia belum bisa lepas dari tunjangan dan fasilitas yang rutin diterimanya.

Sebagai manusia, ada tiga aspek kehidupan kita yang mesti terpenuhi, yaitu
- Aspek Fisik
,
- Aspek Rohani/Jiwa/Mental
, dan
- Aspek Akal/Pikiran/Intelijensi
.

Uniknya, untuk benar-benar kaya, ketiga aspek tersebut harus terpenuhi. Dan sebaliknya, agar ketiganya terpenuhi, seseorang harus kaya.

Namun dalam kasus sang pejabat tadi, Fisiknya sudah pasti kaya. Begitu pula akal / intelejensinya pasti juga bagus. Lha wong bisa jadi pejabat jee... Cuman ya itu Rohani / Jiwanya masih miskin.

Hidupnya pincang karena melupakan aspek ruhani. Boleh jadi ia termasuk orang yang rajin beribadah. Cuman khawatirnya tidak benar-benar memenuhi kebutuhan ruhaninya. Yang jelas, ruhani atau mental atau keyakinannya menolak untuk turun jabatan.

Hikmah yang bisa saya ambil, saya tidak pingin mengalami Post Power Syndrome. Menyakitkan sekali!

Saya bertekad, saya harus kaya yang sebenar-benarnya kaya. Kaya dalam ketiga aspek kehidupan. Menjadi kaya secara bermartabat. Menjadi kaya yang seirama dengan kehidupan alam semesta.

Semoga .....

Salam
Fuad Muftie

0 Comments: